Tag Archives: Urban

Review The Concise Townscape by Gordon Cullen

Thomas Gordon Cullen (1914-1994) adalah seorang arsitek dan perancang kota berkebangsaan Inggris yang berperan besar dalam pencetusan townscape melalui bukunya, The Concise Townscape. Cullen lahir di Calverley, 9 Agustus 1914. Semasa hidupnya, dia bekerja sebagai penulis sekaligus arsitek dan konsultan perencana (urban planning consultant).

Townscape adalah seni yang terdapat secara visual dalam penataan bangunan-bangunan, jalan, serta ruang yang menghiasi lingkungan perkotaan. Definisi lain dari townscape adalah salah satu cara yang dapat digunakan dari segi fisik visual untuk mengenali bentuk fisik suatu kota. Selain itu, townscape juga dapat diidentifikasi melalui bentuk penataan atau desain dari bangunan-bangunan dan jalan yang ditangkap berdasar berbagai tingkatan emosional masing-masing pengamat. Konsep townscape ini menjadi dasar bagi para arsitek, perencana, dan pihak-pihak yang memperhatikan wajah kota.
Bentuk fisik ruang kota dipengaruhi dan ditentukan oleh bentuk dan massa bangunan. Keterkaitan itu dirasakan secara psikologis maupun secara fisik oleh pengamat bentuk fisik ruang kota serta bentuk dan massa bangunan tersebut. Selain itu, keterkaitan juga dapat dilihat secara visual pada kualitas bentuk kota yang ditentukan oleh bentuk dan ukuran ruang kota serta penataannya.
Melalui buku The Concise Townscape, Gordon Cullen mengemukakan nilai-nilai yang harus ditambahkan dalam urban design sehingga masyarakat di kota tersebut secara emosional dapat menikmati lingkungan perkotaan yang baik melalui rasa psikologis maupun fisik. Empat hal yang ditekankan Cullen pada bukunya adalah: serial vision, place, content, dan the functional tradition. Masing-masing dari empat inti townscape tersebut memiliki rincian aspek townscape lebih detail lagi yang dapat dilihat pada bukunya, The Concise Townscape.

Penjelasan dari serial vision adalah gambaran-gambaran visual yang ditangkap oleh pengamat yang terjadi saat berjalan dari satu tempat ke tempat lain pada suatu kawasan. Rekaman pandangan oleh pengamat itu menjadi potongan-potongan gambar yang bertahap dan membentuk satu kesatuan rekaman gambar kawasan bagi pengamat. Biasanya, akan ada kemiripan, suatu benang merah, atau satu penanda dari potongan-potongan pandangan tersebut yang memberi kepastian pada pengamat bahwa dia masih berada di satu kawasan yang sama.

Penjelasan dari Place adalah perasaan yang dimiliki pengamat secara emosional pada saat berada di suatu tempat tertentu. Place dipengaruhi oleh batas-batas yang ada pada suatu tempat tersebut.

Penjelasan dari content adalah isi dari suatu kawasan yang mempengaruhi perasaan seseorang terhadap keadaan lingkungan kota tersebut. Content tergantung oleh dua faktor yaitu pada tingkat kesesuaian (conformity) dan tingkat kreativitas (creativity).

Penjelasan dari the functional tradition adalah kualitas di dalam elemen-elemen yang membentuk lingkungan perkotaan yang juga memiliki segi ekonomis, efisien dan efektif.

Berdasarkan uraiannya dalam buku The Concise Townscape, Cullen menyimpulkan tiga hal di akhir bukunya, yaitu:
 Suatu lingkungan perkotaan tersusun melalui dua cara. Yang pertama, kota disusun sebagai objek dari luar perencana sebagai subjek. Yang kedua, kota yang sudah disusun kemudian diisi oleh aktivitas-aktivitas penghidup. Keduanya merupakan suatu kesinambungan yang saling melengkapi. Peran townscape disini adalah sebagai pembentuk kota yang menjadi struktur dan mendukung aktivitas manusia tersebut.
 Penataan perkotaan harus bisa memberikan rasa nyaman pada masyarakat yang menempatinya. Lingkungan perkotaan banyak mempengaruhi perkembangan masyarakatnya secara psikologis maupun fisik. Oleh karena itu, art of environment perlu ditekankan dalam urban design.
 Dalam penataan suatu perkotaan harus memperhatikan logika dalam lingkungan Atlas. Hal ini berkaitan dengan dimensi fisik geometri dan dimensi waktu.

Pada intinya, townscape menjadi rangkaian elemen perkotaan yang penting di dalam urban design. Dengan townscape, masyarakat bisa mengenali suatu kawasan baik secara fisik maupun secara emosional. Townscape sebaiknya tertata secara baik karena pengaruhnya yang cukup berdampak pada perkembangan masyarakat yang menempati suatu kawasan tersebut. Selain itu, dengan townscape, maka tercipta the art of environment yang penting bagi suatu kota.

Sumber:
Cullen, Gordon. 1961. The Concise Townscape. London:Architectural Press.


“Rusunawa Tengah Kota untuk Revitalisasi”

JAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, Triwisaksana, mengungkapkan masih banyaknya permukiman kumuh di Jakarta sebenarnya bisa dialihkan dengan membangun rumah susun sewa (rusunawa) di pusat kota. Dengan pengalihan ini, daerah kumuh pun dapat direvilatisasi dengan kualitas hidup yang lebih baik.

“Rusunawa itu dibangun di pusat-pusat kota sangat penting sehingga ada revitalisasi pada permukiman kumuh,” ujar Sani, sapaan akrab Triwisaksana, Jumat (8/4/2011), di Gedung DPRD DKI.

Dengan pembangunan rusunawa di pusat kota itu justru akan menambah ruang terbuka hijau. Karena di tiap rusun itu akan dibangun fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) seperti taman hingga perpustakaan.

“Kualitas hidup masyarakat akan meningkat karena wilayah yang tadinya kumuh jadi lebih tertata, kan?” ucap Sani.

Namun, hal itu justru tidak dilakukan Pemerintah Provinsi DKI. Pemprov cenderung lebih memilih untuk membangun rumah susun di daerah pinggir Jakarta yang jauh dari tempat tinggal semula warga. Alhasil, banyak rusunawa tidak laku.

“Lokasinya yang sekarang jauh dari tempat asalnya, jelas warga permukiman padat itu enggak mau dipindah karena jauh, tidak ada akses transportasi. Sampai sarana yang tidak memadai seperti air dan listrik,” tutur Sani.

Karena itu, paradigma Pemprov DKI harusnya berubah dengan menyediakan rumah susun di tengah kota.

“Untuk membangun rusun di tengah kota Pemprov DKI harus gandeng pihak swasta dalam hal sosialisasi. Soal pembiayaan dan penyediaan lahan, Pemprov harus memberikan subisidi,” ungkap Sani.

Menurut Cosmas Batubara, komisaris independen sejumlah pengembang properti dan Mantan Menteri Perumahan Rakyat era Soeharto mengungkapkan, yang paling mendesak dan perlu dilakukan di Jakarta saat ini adalah peremajaan kota atau urban renewal.

“Itu harus dilakukan di Jakarta. Kalau kita jalan dari Senen hingga St Carolus, di belakang jalan itu banyak permukiman padat. Mengapa misalnya tidak diremajakan saja dan dijadikan hunian rumah susun 4 lantai? Ini bisa menjawab masalah kelangkaan tanah di kota besar,” katanya.

Apabila konsep itu bisa terwujud, wajah kota Jakarta akan lebih indah. Sehingga akan banyak ruang terbuka hijau dapat tersedia. Keuntungan lainnya, masyarakat tidak lagi dikhawatirkan dengan bencana banjir dan lahan parkir pun semakin banyak.

“Jika semua pihak jujur, rakyat pasti mau. Jadi masyarakat sekitar harus menempati rusun itu lebih dahulu, baru ditawarkan ke orang lain. Dan ini harus dilakukan dengan jujur. Jadi perlu kebijakan pemerintah daerah yang mantap dan kuat,” tandasnya

 

Sumber: http://kompas.com